Hewan seringkali menunjukkan perilaku yang tampak spontan dan terkoordinasi, yang kita kenal sebagai insting. Insting merupakan respon otomatis yang diwariskan secara genetik dan tidak perlu dipelajari. Banyak kajian ilmiah yang mengkaji fenomena ini untuk memahami sejauh mana insting yang mempengaruhi perilaku hewan.
Para peneliti mengungkap bahwa insting adalah perilaku bawaan yang muncul secara otomatis dalam situasi tertentu. Misalnya, burung-burung migran memiliki cuaca buruk untuk terbang ke tempat yang lebih hangat saat musim dingin tanpa diajari oleh induknya. Naluri ini dipicu oleh perubahan panjang hari dan suhu yang turun.
Salah satu contoh menarik dari insting adalah perilaku anjing peliharaan yang menggali tanah. Meskipun hidup di lingkungan rumah yang aman, anjing tetap menunjukkan penggalian yang berasal dari kebutuhan leluhur mereka untuk membuat sarang atau menyembunyikan makanan.
Namun, tidak semua perilaku hewan bersifat insting. Ada juga perilaku yang dipelajari melalui interaksi dengan lingkungan dan sesama spesiesnya. Misalnya, lumba-lumba menunjukkan kemampuan belajar yang tinggi dengan meniru perilaku satu sama lain.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa meskipun insting sangat kuat, hewan dapat beradaptasi dan mengubah perilaku mereka jika lingkungan berubah. Contohnya, selama pandemi COVID-19, beberapa hewan mengubah kebiasaan mereka akibat perubahan aktivitas manusia.
Kesimpulannya, insting merupakan komponen penting dari perilaku hewan yang memungkinkan mereka bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan mereka. Namun, kemampuan untuk belajar dan beradaptasi juga memainkan peran besar dalam kehidupan mereka. Studi terus berlanjut untuk lebih memahami kompleksitas interaksi antara insting dan perilaku yang dipelajari dalam kehidupan hewan.
Artikel Tentang Sayangi Hewan Peliharaanmu