Kucing domestik memiliki kebiasaan unik yaitu sering mengeong pada manusia. Ternyata, perilaku ini berkembang sebagai hasil dari proses domestikasi yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Sebelum kucing hidup bersama manusia, mereka adalah hewan soliter yang jarang berkomunikasi secara vokal satu sama lain. Mereka lebih mengandalkan indra penciuman dan tanda-tanda fisik seperti menggosok tubuh atau menandai objek dengan urine untuk berkomunikasi.
Namun, ketika kucing mulai tinggal dengan manusia, mereka beradaptasi dengan kemampuan komunikasi yang lebih dapat dimengerti oleh manusia. Karena manusia tidak memiliki indra penciuman yang tajam seperti kucing dan tidak akan menghargai tanda urine di sofa, kucing mengembangkan cara baru untuk menarik perhatian manusia—dengan mengeong. Mengeong menjadi alat manipulatif yang digunakan kucing untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari pemiliknya.
Mengeong pada manusia juga merupakan perilaku yang dipelajari. Anak kucing mengeong untuk mendapatkan perhatian induknya, dan kucing peliharaan membawa kebiasaan ini hingga dewasa. Berbeda dengan kucing liar yang cenderung lebih banyak mendesis atau menggeram, kucing peliharaan lebih sering mengeong hanya kepada manusia. Ini menunjukkan bahwa kucing peliharaan mengembangkan bahasa khusus untuk berinteraksi dengan pemiliknya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa kucing dapat memiliki berbagai macam nada mengeong untuk mengekspresikan kebutuhan dan perasaan yang berbeda. Misalnya, mereka mungkin mengeong dengan nada tinggi saat lapar atau mengeluarkan suara trilling sebagai sapaan.
Dengan memahami dan merespons dengan positif terhadap komunikasi kucing, pemilik dapat membangun hubungan interaktif yang lebih baik dengan hewan peliharaannya. Kucing akan lebih mungkin untuk mencoba berkomunikasi jika mereka merasa suaranya didengar dan direspon dengan baik oleh manusia.
Artikel Tentang Sayangi Hewan Peliharaanmu